Kamis, 05 Juni 2014

PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pembangunan  Pertanian  di  Indonesia  tetap  dianggap  terpenting  dari  keseluruhan  pembangunan  ekonomi,  apalagi  semenjak  sektor  pertanian  ini   menjadi penyelamat  perekonomian  nasional  karena  justru  pertumbuhannya meningkat, sementara  sektor  lain  pertumbuhannya  negatif.  Beberapa  alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia :
(1)  potensi sumberdayanya yang  besar  dan  beragam, 
(2)    pangsa    terhadap  pendapatan  nasional  cukup besar,   
(3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor  ini dan
(4)  menjadi basis pertumbuhan di pedesaan
Potensi pertanian yang besar  namun  sebagian besar dari petani banyak  yang termasuk  golongan  miskin  adalah sangat ironis  terjadi di Indonesia. Hal ini    mengindikasikan  bahwa  pemerintah  bukan  saja  kurang  memberdayakan petani  tetapi  sektor  pertanian  keseluruhan.    Disisi  lain  adanya    peningkatan  investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh    investor   PMA dan PMDN yang berorientasi  pada  pasar  ekspor  umumnya  padat  modal  dan  perananya  kecil dalam penyerapan  tenaga  kerja  atau lebih banyak menciptakan  buruh tani.
Berdasarkan  latar belakang  tersebut ditambah dengan kenyataan    justru   kuatnya  aksesibilitas  pada  investor  asing  /swasta  besar  dibandingkan  dengan petani  kecil  dalam  pemanfaatan  sumberdaya  pertanian  di  Indonesia,  maka  dipandang  perlu  adanya    grand  strategy    pembangunan  pertanian  melalui  pemberdayaan  petani  kecil.    Melalui  konsepsi    tersebut,  maka  diharapkan 
mampu  menumbuhkan  sektor  pertanian,    sehingga    pada  gilirannya    mampu   menjadi   sumber   pertumbuhan baru   bagi perekonomian  Indonesia, khususnya dalam  hal  pencapaian  sasaran  :   
(1) mensejahterkan  petani, 
(2) menyediakan pangan, 
(3)  sebagai  wahana  pemerataan  pembangunan  untuk  mengatasi kesenjangan  pendapatan  antar  masyarakat  maupun    kesenjangan    antar wilayah, 
(4)    merupakan  pasar  input  bagi  pengembangan  agroindustri,   
(5) menghasilkan  devisa, 
(6)  menyediakan  lapangan  pekerjaan, 
(7)  peningkatan pendapatan nasional, dan 
(8) tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya.









BAB II
PEMBAHASAN
  1. Potensi  Agribisnis Indonesia
       Indonesia mempunyai  potensi  yang  sangat  besar dalam pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan akan  menjadi  leading  sector  dalam pembangunan  nasional.  Potensi agribisnis tersebut  diuraikan sebagai berikut :
1.  Dalam  Pembentukan  Produk  Domestik  bruto  ,  sektor  agribisnis merupakan  penyumbang  nilai  tambah  (value  added)  terbesar  dalam perekonomian  nasional,  diperkirakan    sebesar    45  persen  total  nilai tambah.
2.  Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap  tenaga kerja  terbesar diperkirakan sebesar  74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.
3.  Sektor  agribisnis  juga  berperan  dalam  penyediaan  pangan masyarakat. Keberhasilan  dalam  pemenuhan  kebutuhan  pangan  pokok  beras  telah berperan  secara  strategis dalam penciptaan  ketahanan pangan nasional (food  security)    yang  sangat  erat  kaitannya  dengan  ketahanan  sosial (socio  security),  stabilitas ekonomi,  stabilitas politik, dan  keamanan atau ketahanan nasional (national security).
4.  Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada satupun  negara  di  dunia  seperti  Indonesia  yang  kaya  dan  beraneka sumberdaya pertanian secara alami (endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan  bahwa  di  pasar  internasional hanya  industri yang berbasiskan  sumberdaya  yang mempunyai  keunggulan  komparatif dan mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
5.  Kegiatan  agribisnis  mempunyai  keterkaitan  ke  depan  dan  kebelakang
yang  sangat  besar  (backward  dan  forward  linkages)  yang  sangat besar. Kegiatan  agribisnis  (dengan  besarnya  keterkaitan  ke  depan  dan ke belakang)  jika  dampaknya  dihitung  berdasarkan  impact  multilier  secara langsung  dan  tidak  langsung  terhadap  perekonomian  diramalkan  akan sangat besar
6.  Dalam era  globalisasi  perubahan  selera  konsumen  terhadap  barang-barang  konsumsi  pangan  diramalkan  akan  berubah  menjadi  cepat  saji dan  pasar  untuk  produksi hasil  pertanian  diramalkan  pula  terjadi pergeseran  dari  pasar  tradisional  menjadi  model  Kentucky. Dengan demikian  agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling attraktif.
7.  Produk  agroindustri  umumnya  mempunyai  elastisitas  yang  tinggi, sehingga makin  tinggi  pendapatan  seseorang makin  terbuka  pasar  bagi produk agroindustri. 
8.  Kegiatan  agribisnis  umumnya  menggunakan  input  yang  bersifat renewable, sehingga pengembangannya melalui  agroindustri tidak hanya memberikan  nilai  tambah  namun  juga  dapat  menghindari  pengurasan sumberdaya  sehingga lebih menjamin sustainability.
9.  Teknologi  agribisnis  sangat  fleksibel  yang  dapat  dikembangkan  dalam padat  modal  ataupun  padat  tenaga  kerja,  dari  manejement  sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar. Sehingga  Indonesia yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha.
10.  Indonesia  punya  sumberdaya  pertanian  yang  sangat  besar,  namun produk  pertanian  umumnya  mudah  busuk,  banyak  makan  tempat,  dan musiman.  Sehingga  dalam  era  globalisasi  dimana  konsumen  umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi dan  tidak  busuk  dan  makan  tempat,  maka  peranan  agroindustri  akan dominan.

  1. Kondisi Pembangunan Pertanian  Saat Ini
Dalam sejarah  perekonomian Indonesia  sejak  Pelita I  hingga akhir  pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali  didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya   tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan.  Kondisi pertanian saat ini diuraikan sebagai berikut:
1.  Pendapatan  petani  masih  rendah  baik  secara  nominal  maupun  secara relatif dibandingkan dengan sektor lain.
2.  Usaha pertanian   yang ada didominasi   oleh ciri-ciri    :
(a) skala kecil,
(b) modal  terbatas,
(c)  teknologi sederhana,
(d) sangat   dipengaruhi   musim,
(e) wilayah pasarnya  lokal  ,
(f) umumnya  berusaha dengan  tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan  terjadinya  involusi  pertanian (pengangguran  tersembunyi), 
(g)  akses  terhadap  kredit,  teknologi  dan pasar  sangat  rendah, 
(h) Pasar komoditi  pertanian  sifatnya mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga pada petani.
3.  Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani  yang tidak  terkait  dengan agroindustri.Hal  ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum  terbentuk dengan kokoh sehingga sistem dan usaha  agribisnis  belum  berkembang  seperti  yang  diharapkan,  yang terjadi  kegiatan agribisnis   masih bertumpu pada kegiatan usahatani.
4.  Pembangunan pertanian yang ada  kurang terkait dengan  pembangunan pedesaan.
5.  Kurang  memperhatikan  aspek  keunggulan  komparatif    yang  dimiliki wilayah.  Pembangunan  agribisnis yang  ada   masih  belum didasarkan kepada kawasan unggulan.
6.  Kurang  mampu  bersaing di  pasaran,  sehingga  membanjirnya  impor khususnya komoditas hortikultura.   
7.  Terdapat  senjang  produktivitas  dan  mutu  yang  cukup  besar  sehingga daya  saing produk pertanian  Indonesia masih mempunyai peluang  yang sangat besar untuk ditingkatkan.
8.  Pangsa  pasar  ekspor  produk  pertanian  Indonesia  masih  kecil  dan sementara kapasitas dan potensi yang dimilikinya lebih besar.
9.  Kegiatan  agroindustri  masih belum  berkembang. Produk–produk perkebunan   semenjak zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor  komoditas primer (mentah)
10.  Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan .
11. Masih  lemahnya  kelembagaan  usaha  dan  kelembagaan  petani.  Usaha agribisnis  skala  rumahtangga,  skala  kecil  dan  agribisnis  skala  belum  terikat  dalam  kerjasama  yang  saling  membutuhkan  ,  saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar  oleh  kelompok usaha  yang  kuat  sehingga  terjadi  distribusi margin keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani.
12.   Lemahnya    peran  lembaga  penelitian,  sehingga  temuan  atau  inovasi  benih/ bibit unggul  sangat terbatas
13.   Lemahnya peran  lembaga  penyuluhan sebagai  lembaga  transfer  teknologi kepada petani, setelah  era otonomi daerah.  
14.   Kurangnya  pemerintah  memberdayakan  stakeholder  seperti  perguruan tinggi, LSM,   dalam pembangunan pertanian.
15.  Lemahnya  dukungan  kebijakan  makro  ekonomi    baik  fiscal  maupun moneter  seperti    kemudahan  kredit  bagi  petani,  pembangunan  irigasi  maupun pasar, dll 
  1. Tantangan Pembanguna Pertanian
            Sejalan dengan perubahan    tatanan politik di  Indonesia   yang mengarah  pada  era  domokratisasi    serta  perubahan  tatanan  dunia  yang mengarah  pada globalisasi, maka  pembangunan  sektor  pertanian    dimasa  datang    dihadapkan pada   dua  tantangan   pokok sekaligus. Tantangan pertama   adalah    tantangan internal  yang berasal dari domestik, dimana  pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada, namun dihadapkan pula  pada  tuntutan    demokratisasi  yang  terjadi  di  Indonesia.    Sedangkan tantangan  kedua    adalah  tantangan    eksternal,  dimana  pembangunan  sektor pertanian    diharapkan mampu  untuk mengatasi    era  globalisasi  dunia.   Kedua tantangan      internal  dan  eksternal  tersebut    sulit  dihindari    dikarenakan  merupakan    kesepakatan  nasional    yang  telah  dirumuskan    sebagai  arah kebijakan  pembangunan  nasional  di  Indonesia.
Kedua    tantangan    tersebut membawa  implikasi    bahwa  produk-produk hasil  pertanian  agar  mampu  bersaing  di  pasar  internasional  harus  memenuhi persyaratan wajib (necessary condition), yakni: dihasilkan dengan biaya rendah,
memberikan  nilai  tambah  tinggi,  mempunyai  kualitas  tinggi,  mempunyai keragaman untuk berbagai segmen pasar, mampu mensubstitusi produk sejenis (impor).  Dalam  rangka  menciptakan  struktur  agribisnis  yang  tangguh,  maka agribisnis  yang  terdiri  dari  subsistem  sarana  produksi, Usahatani,  agroindustri, dan  pemasaran;  maka  aspek  pemasaran  dalam  era  liberalisasi  perdagangan haruslah  dipadukan  dalam  keutuhan  sistem.  Oleh  karena  itu  efisiensi  dalam segala subsistem harus dilakukan.    
  1. Arah Pembangunan  Sektor Pertanian Masa Datang
Secara teoritis arah  pembangunan secara  umum adalah  untuk memaksimumkan  kesejahteraan  sosial  (social  welfare)  yang  harus  memenuhi empat  komponen  tujuan  utama,  yakni:  pertumbuhan, pemerataan,  kelestarian,  hak  asasi  manusia.Oleh  karena  itu    dalam  pembangunan  pertanian  tujuan utama ini dicoba akan diwujudkan sesuai dengan potensi dan peluangnya. Berdasarkan identifikasi masalah dan  isu pembangunan pertanian sesuai  dengan  tuntutan demokratisasi  dan  globalisasi  tersebut,  maka  dapat dibuat arah pembangunan pertanian   pada masa datang..   Arah pembangunan pertanian    tersebut dirumuskan    dalam  bentuk  visi,  misi,  tujuan  dan  strategii  pembangunan pertanian.
 D.1. Visi
Visi pembangunan pertanian adalah membangun petani melalui bisnis pertanian yang modern, efisien, dan lestari  yang terpadu  dengan pembanguna wilayah.  
Ciri-ciri  dari visi ini adalah :
(a) Membangun  petani    mengandung  pengertian    prioritas  pembangunan pertanian    harus    mendahulukan  kesejahteraan  petani  dalam  arti  luas sehingga   mampu   menumbuh  kembangkan  partisipasi  petani  dan mampu meningkatkan  keadaan  sosial-ekonomi    petani melalui    peningkatan    akses  terhadap  teknologi, modal,  dan pasar.
(b) Bisnis  pertanian   mengandung  pengertian  pertanian    harus  dikembangkan  dalam suatu sistem agribisnis pertanian  mulai dari bisnis input produksi, hasil produksi  pertanian,  deversifikasi    usaha  pertanian, serta  bisnis    hasil olahannya  yang mampu  akses  ke  pasar  internasional.  Melalui aktifitas agribisnis  pertanian    yang  lebih  luas  ini diharapkan  mampu lebih  meningkatkan  peran    pertanian    terhadap  pembangunan  nasional  baik terhadap penyerapan  tenaga  kerja, pendapatan nasional, perolehan devisa, maupun  peningkatan gizi masyarakat
(c) Modern mengandung pengertian  menggunakan teknologi yang dinamis  dan spesifik lokasi pengembangan sesuai dengan tutuntan  zaman.
(d) Efisien  mengandung  pengertian    mampu    berdaya  saing  di  pasar internasional    yang  dicirikan  pada  pengembangan    yang  didasarkan sumberdaya  yang mempunyai keunggulan komparatif dan  berkualitas tinggi
(e) Lestari mengandung  pengertian    menggunakan  sumberdaya  yang  optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya pertanian.
(f)  Terpadu dengan pembangunan wilayah mengandung pengertian pembangunan  pertanian  harus  didukung oleh  pembangunan wilayah  baik pembangunan infrastruktur maupun  pembangunan  sosial  ekonomi kemasyarakatan. 
D.2. Misi
Berdasarkan  visi  pembangunan  tersebut,  maka    misi  pembangunan  pertanian  dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.  Memfasilitasi dan mengembangkan   pusat-pusat petumbuhan  komoditas  unggulan yang berdaya saing yang terorganisasi oleh  organisasi ekonomi petani dalam system agribisnis 
2.  Memodernisasi  sektor  pertanian sebagai  aktifitas  bisnis    berspektrum luas  mulai  dari  bisnis  input  produksi,  deversifikasi    usaha  pertanian, penangan  pasca  panen, serta  bisnis hasil  olahannya  yang mampu akses ke pasar internasional  melalui  inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan
3.  Memfasilitasi dan mendorong peningkatan  kualitas sumberdaya manusia baik  aparat  pemerintah,  maupun  pelaku  agribisnis  khususnya  petani melalui  pengetahuan  dan  ketrampilan  petani  pada  setiap  pusat pertumbuhan  agribisnis  melalui  sekolah  pertanian  lapang  dengan melibatkan perguruan tinggi dan libang-litbang pertanian
4.  Memfasilitasi  dan mendorong  berkembangnya  usaha-usaha  agroindustri hulu   maupun  pengolahan    hasil    dengan  prioritas  skala  kecil  di  setiap wilayah
5.  Memfasilitasi  dan  mendorong  keterpaduan  pembangunan  agribisnis dengan  pembangunan  wilayah  baik  pembangunan  infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan. 
6.  Memfasilitasi  dan  mendorong    citra  produk-produk  pertanian  Indonesia melalui promosi  di pasar internasional 
D.3. Tujuan 
1.  Meningkatkan kesejahteraan petani terutama kelompok masyarakat  yang mata pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian.
2.  Meningkatkan    keunggulan  komparatif  dan  kompetitif    produk  agribisnis baik  produk  primer maupun  olahan,  sehingga mampu  berdaya  saing  di pasar internasional 
3.  Meningkatkan posisi tawar petani  melalui penguatan kelembagaan petani  dan  meningkatkan    pengetahuan  dan  ketrampilan  petani    sehingga mampu meningkatkan berpartisipasi dan aksesibilitas terhadap  inovasi teknologi,  perkreditan,  informasi  pasar,  kelestarian  sumberdaya  dalam pengelolaan  sumberdaya pertanian. 
4.  Meningkatkan  kesempatan  kerja  di  wilayah    melalui  pengembangan agroindustri skala kecil 
5.  Mewujudkan  sistem  ketahanan  pangan  yang  berbasis  pada  keragaman sumberdaya lokal 
6.  Menjadikan  sektor  pertanian  sebagai  pusat  pertumbuhan    khususnya pada wilayah-wilayah berbasiskan sumberdaya pertanian 
7.  Meningkatkan  layanan    informasi  teknologi, perkreditan, sarana produksi  dan prasarana pertanian kepada petani 
8.  Menjaga dan meningkatkan  kualitas sumberdaya pertanian
D.4. Strategi Dasar
1.  Pembangunan  pertanian    perlu  diarahkan    pada  pengembangan komoditas  unggulan  berdasarkan  keunggulan  komparatif  melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi dengan  pembangunan pedesaan. 
2.  Pembangunan  pertanian  harus  mendahulukan  kesejahteraan  petani dalam  arti  luas dengan menumbuh  kembangkan  partisipasi  petani melalui  system  kelembagaan  yang  mandiri    sehingga  petani      dapat  akses   terhadap  teknologi, modal,  dan pasar
3.  Peningkatan    dan  pengembangan  inovasi  teknologi  untuk menghasilkan produktivitas dan kualitas produk usatani dan agroindustri   spesifik  lokasi perlu  dikembangkan  untuk  meningkatkan    keunggulan  komparatif  dan kompetitif  komoditas peratanian Indonesia.
4.  Peningkatan nilai  tambah pertanian melalui pengembangan   agroindustri  skala  kecil  di  pedesaan  dengan  mengembangkan  usaha-usaha  agroindustri  rumah tangga  dengan menitik beratkan peran wanita. 
5.  Peningkatan  peran  fasilitasi  pemerintah  dalam mempromosikan  produk-produk pertanian  di pasar internasional.
6.  Mengembangkan    system  transfer  pengetahuan  dan  ketrampilan  petani pada  setiap  pusat  pertumbuhan  agribisnis  melalui  sekolah  pertanian lapang dengan  system klinik agribisnis  
7.  Perlu adanya pola  kemitraan  (contract  farming)  yang  saling menguntungkan  antara kelembagaan petani dengan agribisnis skala besar dengan  system pengawasan yang ketat dari pemerintah
8.  Perlu  adanya perlindungan petani kecil melalui  peraturan  pemerintah khususnya yang berkaitan dengan   perdagangan  internasional komoditas pertanian.
9.  Peningkatan  dukungan  kebijakan  makro  ekonomi    baik  fiskal  maupun moneter  seperti    kemudahan  kredit  bagi  petani,  pembangunan  irigasi  maupun pasar, dll
10.  Peningkatan peran serta perguruan tinggi  dalam pembangunan agribisnis 
11.  Peningkatan koordinasi  pembangunan agribisnis  antar wilayah dan antar
sektor pendukungnya.
D.5. Indikator Keberhasilan 
 Ukuran  Keberhasilan  pembangunan  agribisnis  yang  mengacu  pada tujuan  diukur dengan indikator sebabagi berikut : 
  1. Tujuan  Indikator  keberhasilan
- Meningkatkan kesejahteraan petani
1.  Meningkatnya nilai tukar petani
2.  Menurunnya  jumlah petani miskin
-Meningkatkan  keunggulan komparatif dan kompetitif  
1. Meningkanya  produktifitas    usahatani  maupun usaha pengolahan hasil pertanian
2. Meningkatnya  mutu  produk  usahatani  maupun usaha pengolahan hasil pertanian
3.  Meningkatnya  nilai ekspor komoditas pertanian
4.  Menurunnya  nilai impor komoditas pertanian
- Meningkatkan posisi tawar petani   
1.  Adanya kelembagan petani yang mandiri
2.  Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani
baik dalam  usahatani maupun  agroindustri
3.  Meningkatnya aksesibilitas petani terhadap inovasi teknologi, perkreditan,  sarana  prodduksi, maupun informasi pasar
4.  Adanya jalinan kerjasama kelompok tani dengan pengusaha yang saling menguntungkan
5.  Meningkatnya  partisipasi    kelembagaan  petani  dalam  pengambilan  keputusan  kebijakan  pemerintah
- Meningkatkan kesempatan kerja 
1.  Meningkatnya  jumlah  usaha-usaha  agribisnis  di pedesaan
2. Berkembangnya  usaha   industri  hulu  dan    industri pengolahan hasil hasil tanian
3.  Berkurangnya pengangguran di pedesaan
- Meningkatnya  Ketahanan pangan 
1.  Meningkatnya  ketersediaan  sumber pangan
2.  Menurunnya  impor pangan
3.  Menurunnya jumlah  masyarakat  yang  rawan pangan
4.  Meningkatnya  diversifikasi   konsumsi pangan  non beras
- Menjadikan sektor pertanian sebagai pusat pertumbuhan  
1.  Terwujudnya  kawasan-kawasan  komoditas unggulan di setiap wilayah
2.  Adanya  koordinasi    pembangunan  agribisnis dengan pembangunan wilayah( pedesaan)
3.  Adanya  dukungan  infrastruktur  pendukung  dari  sektor non pertanian (pasar, irigasi, jalan, listrik, dll)
4.  Meningkatnya  investasi  agribisnis  pada    setiap wilayah
- Peningkatan layanan kepada petani
1.  Berkembangnya teknologi agribisnis spesifik lokasi
2.  Adanya  pusat-pusat layanan  teknologi agribisnis
3.  Adanya  pusat-pusat  layanan  perkreditan  dan sarana produksi pertanian
4.  Terbentuknya  pusat-pusat  pasar  agribisnis    di setiap wilayah
- Kelestarian sumberdaya
1.  Berkurangnya  laju konversi lahan produktif 
2. Adanya rehabilitasi, pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan infrastruktur produksi pertanian
3.  Berkembangnya  agribisnis  dengan pola  organic farming


- Program
1.  Pengembangan  kawasan agribisnis  komoditas unggulan berdasarkan keunggulan  komparatif  yang  terintegrasi  dengan    pembangunan pedesaan. 
2.  Pengembangan  kelembagaan  petani  komoditas  yang  Mandiri sehingga   mampu meningkatkan  posisi  tawar  petani,  petani      dapat  akses   terhadap  teknologi, modal,  dan pasar
3.  Pengembangan inovasi  teknologi  agribisnis spesifik  lokasi  untuk meningkatkan keunggulan  komparatif  dan  kompetitif komoditas peratanian Indonesia.
4.  Peningkatan  nilai  tambah  pertanian  melalui  pengembangan  agroindustri  skala kecil  maupun agrowisata 
5.  Pengembangan dan penataan pasar agribisnis baik di pasar domestik maupun di  pasar internasional.
6.  Peningkatan  pengetahuan  dan  ketrampilan  petani  melalui  sekolah pertanian lapang. 
7.  Peningkatan layanan informasi  teknologi,  perkreditan,  sarana produksi   kepada petani seperti   permodalan, sarana   dan prasarana pertanian
8.  Perlindungan  petani  melalui  peraturan  pemerintah  khususnya  yang berkaitan  harga  output,  harga  input,  maupun    perdagangan internasional komoditas pertanian.
9.  Pengembangan  ketahanan  pangan  yang  berbasis  pada  keragaman sumberdaya lokal 
10.  Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 

BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
  1. Indonesia mempunyai  potensi  yang  sangat  besar    dalam    pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan akan menjadi leading sector dalam pembangunan  nasional. 
  2. Dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir  pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali  didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan.
  3. Sejalan dengan perubahan tatanan politik di  Indonesia   yang mengarah  pada  era  domokratisasi serta  perubahan  tatanan  dunia  yang mengarah  pada globalisasi, maka pembangunan sektor pertanian dimasa datang dihadapkan pada dua  tantangan   pokok sekaligus. Tantangan pertama   adalah tantangan internal  yang berasal dari domestik, dimana  pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada, namun dihadapkan pula  pada  tuntutan  demokratisasi  yang  terjadi  di  Indonesia.    Sedangkan tantangan  kedua adalah  tantangan eksternal,  dimana  pembangunan  sektor pertanian    diharapkan mampu  untuk mengatasi    era  globalisasi  dunia.   Kedua tantangan      internal  dan  eksternal  tersebut    sulit  dihindari    dikarenakan  merupakan    kesepakatan  nasional    yang  telah  dirumuskan    sebagai  arah kebijakan  pembangunan  nasional  di  Indonesia.



  1. SARAN
Saran dari penulis semoga pemerintah lebih banyak lagi memperhatikan dan memberikan bantuan modal kepada petani tanpa harus merepotkan para petani demi terciptanya petani yang mandiri modern.

















DAFTAR PUSTAKA
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta.
Hernanto. 1994. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nuraini, Ida dan Hidayat, Herman. 2001. Manajemen Usaha Tani.
Universitas Terbuka. Dep. Pendidikan Nasional Jakarta.
Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. PT. Bina Aksara.Jakarta.
Syofia, Khamri. 2005. Analisis Curahan Jam Kerja Keluarga Pada Usahatani Padi Sawah (Skripsi). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mosher, AT. 1987. Menggerak dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Penerbit Rajawali Pres. Jakarta.

Tohir, Ak. 1993. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia Bagian I dan II. Penerbit Aksara. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar