BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pembangunan Pertanian
di Indonesia tetap
dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan
ekonomi, apalagi semenjak
sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian
nasional karena justru
pertumbuhannya meningkat, sementara
sektor lain pertumbuhannya negatif.
Beberapa alasan yang mendasari
pentingnya pertanian di Indonesia :
(1) potensi sumberdayanya yang besar
dan beragam,
(2) pangsa
terhadap pendapatan nasional
cukup besar,
(3) besarnya penduduk yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini
dan
(4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan
Potensi
pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk
golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah bukan saja
kurang memberdayakan petani tetapi
sektor pertanian keseluruhan. Disisi
lain adanya peningkatan
investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh investor
PMA dan PMDN yang berorientasi
pada pasar ekspor
umumnya padat modal
dan perananya kecil dalam penyerapan tenaga
kerja atau lebih banyak
menciptakan buruh tani.
Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru
kuatnya aksesibilitas
pada investor asing
/swasta besar dibandingkan
dengan petani kecil dalam
pemanfaatan sumberdaya pertanian
di Indonesia, maka dipandang perlu
adanya grand strategy
pembangunan pertanian melalui pemberdayaan
petani kecil. Melalui
konsepsi tersebut, maka
diharapkan
mampu menumbuhkan
sektor pertanian, sehingga
pada gilirannya mampu
menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal
pencapaian sasaran :
(1) mensejahterkan petani,
(2) menyediakan pangan,
(3) sebagai
wahana pemerataan pembangunan
untuk mengatasi kesenjangan pendapatan
antar masyarakat maupun
kesenjangan antar wilayah,
(4) merupakan
pasar input bagi
pengembangan agroindustri,
(5) menghasilkan devisa,
(6) menyediakan
lapangan pekerjaan,
(7) peningkatan pendapatan nasional, dan
(8) tetap mempertahankan
kelestarian sumberdaya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
- Potensi Agribisnis
Indonesia
Indonesia mempunyai potensi
yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan
dimungkinkan akan menjadi leading
sector dalam pembangunan nasional.
Potensi agribisnis tersebut
diuraikan sebagai berikut :
1. Dalam
Pembentukan Produk Domestik
bruto , sektor
agribisnis merupakan
penyumbang nilai tambah
(value added) terbesar
dalam perekonomian nasional, diperkirakan sebesar
45 persen total
nilai tambah.
2. Sektor agrbisnis merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja
nasional.
3. Sektor
agribisnis juga berperan
dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan
pokok beras telah berperan secara
strategis dalam penciptaan
ketahanan pangan nasional (food
security) yang sangat
erat kaitannya dengan
ketahanan sosial (socio security),
stabilitas ekonomi, stabilitas
politik, dan keamanan atau ketahanan
nasional (national security).
4. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource
based industry. Tidak ada satupun
negara di dunia
seperti Indonesia yang
kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara alami
(endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan
bahwa di pasar internasional
hanya industri yang berbasiskan sumberdaya
yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai konstribusi terhadap
ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan agribisnis di Indonesia
lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
5. Kegiatan
agribisnis mempunyai keterkaitan
ke depan dan
kebelakang
yang sangat
besar (backward dan
forward linkages) yang
sangat besar. Kegiatan
agribisnis (dengan besarnya
keterkaitan ke depan
dan ke belakang) jika dampaknya
dihitung berdasarkan impact
multilier secara langsung dan
tidak langsung terhadap
perekonomian diramalkan akan sangat besar
6. Dalam era
globalisasi perubahan selera
konsumen terhadap barang-barang
konsumsi pangan diramalkan
akan berubah menjadi
cepat saji dan pasar
untuk produksi hasil pertanian
diramalkan pula terjadi pergeseran dari
pasar tradisional menjadi
model Kentucky. Dengan
demikian agroindustri akan menjadi
kegiatan bisnis yang paling attraktif.
7. Produk
agroindustri umumnya mempunyai
elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi
pendapatan seseorang makin terbuka
pasar bagi produk
agroindustri.
8. Kegiatan
agribisnis umumnya menggunakan
input yang bersifat renewable, sehingga pengembangannya
melalui agroindustri tidak hanya
memberikan nilai tambah
namun juga dapat
menghindari pengurasan
sumberdaya sehingga lebih menjamin
sustainability.
9. Teknologi
agribisnis sangat fleksibel
yang dapat dikembangkan
dalam padat modal ataupun
padat tenaga kerja,
dari manejement sederhana sampai canggih, dari skala kecil
sampai besar. Sehingga Indonesia yang
penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya dimungkinkan
oleh berbagai segmen usaha.
10. Indonesia
punya sumberdaya pertanian
yang sangat besar,
namun produk pertanian umumnya
mudah busuk, banyak
makan tempat, dan musiman.
Sehingga dalam era
globalisasi dimana konsumen
umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas
tinggi dan tidak busuk
dan makan tempat,
maka peranan agroindustri
akan dominan.
- Kondisi Pembangunan Pertanian Saat Ini
Dalam
sejarah perekonomian Indonesia sejak
Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya
pembangunan pertanian seringkali
didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang
diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan
petani masih rendah
baik secara nominal
maupun secara relatif dibandingkan
dengan sektor lain.
2. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-ciri :
(a)
skala kecil,
(b)
modal terbatas,
(c) teknologi sederhana,
(d)
sangat dipengaruhi musim,
(e)
wilayah pasarnya lokal ,
(f)
umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya
involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi),
(g) akses
terhadap kredit, teknologi
dan pasar sangat rendah,
(h) Pasar
komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi
harga pada petani.
3. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada
peningkatan produktifitas usahatani yang
tidak terkait dengan agroindustri.Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis
belum terbentuk dengan kokoh sehingga
sistem dan usaha agribisnis belum
berkembang seperti yang
diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan usahatani.
4. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan.
5. Kurang
memperhatikan aspek keunggulan
komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan
agribisnis yang ada masih
belum didasarkan kepada kawasan unggulan.
6. Kurang
mampu bersaing di pasaran,
sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas hortikultura.
7. Terdapat
senjang produktivitas dan
mutu yang cukup
besar sehingga daya saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan.
8. Pangsa
pasar ekspor produk
pertanian Indonesia masih
kecil dan sementara kapasitas dan
potensi yang dimilikinya lebih besar.
9. Kegiatan
agroindustri masih belum berkembang. Produk–produk perkebunan semenjak zaman Belanda masih berorentasi
pada ekspor komoditas primer (mentah)
10. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya
pertanian akibat pemanfaatan yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang
berkelanjutan .
11. Masih lemahnya
kelembagaan usaha dan
kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala
rumahtangga, skala kecil
dan agribisnis skala
belum terikat dalam
kerjasama yang saling
membutuhkan , saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Yang terjadi adalah penguasaan pasar
oleh kelompok usaha yang
kuat sehingga terjadi
distribusi margin keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani.
12. Lemahnya
peran lembaga penelitian,
sehingga temuan atau
inovasi benih/ bibit unggul sangat terbatas
13. Lemahnya peran lembaga
penyuluhan sebagai lembaga transfer
teknologi kepada petani, setelah
era otonomi daerah.
14. Kurangnya
pemerintah memberdayakan stakeholder
seperti perguruan tinggi,
LSM, dalam pembangunan pertanian.
15. Lemahnya
dukungan kebijakan makro
ekonomi baik fiscal
maupun moneter seperti kemudahan
kredit bagi petani,
pembangunan irigasi maupun pasar, dll
- Tantangan Pembanguna Pertanian
Sejalan
dengan perubahan tatanan politik
di Indonesia yang mengarah pada
era domokratisasi serta
perubahan tatanan dunia
yang mengarah pada globalisasi,
maka pembangunan sektor
pertanian dimasa datang
dihadapkan pada dua tantangan
pokok sekaligus. Tantangan pertama
adalah tantangan internal yang berasal dari domestik, dimana pembangunan pertanian tidak saja dituntut
untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada, namun dihadapkan pula pada
tuntutan demokratisasi yang
terjadi di Indonesia.
Sedangkan tantangan kedua adalah
tantangan eksternal, dimana
pembangunan sektor pertanian diharapkan mampu untuk mengatasi era
globalisasi dunia. Kedua tantangan internal
dan eksternal tersebut
sulit dihindari dikarenakan
merupakan kesepakatan nasional
yang telah dirumuskan
sebagai arah kebijakan pembangunan
nasional di Indonesia.
Kedua tantangan
tersebut membawa implikasi bahwa
produk-produk hasil
pertanian agar mampu
bersaing di pasar
internasional harus memenuhi persyaratan wajib (necessary
condition), yakni: dihasilkan dengan biaya rendah,
memberikan nilai
tambah tinggi, mempunyai
kualitas tinggi, mempunyai keragaman untuk berbagai segmen
pasar, mampu mensubstitusi produk sejenis (impor). Dalam
rangka menciptakan struktur
agribisnis yang tangguh,
maka agribisnis yang terdiri
dari subsistem sarana
produksi, Usahatani,
agroindustri, dan pemasaran; maka
aspek pemasaran dalam
era liberalisasi perdagangan haruslah dipadukan
dalam keutuhan sistem.
Oleh karena itu
efisiensi dalam segala subsistem
harus dilakukan.
- Arah Pembangunan
Sektor Pertanian Masa Datang
Secara
teoritis arah pembangunan secara umum adalah
untuk memaksimumkan
kesejahteraan sosial (social
welfare) yang harus
memenuhi empat komponen tujuan
utama, yakni: pertumbuhan, pemerataan, kelestarian,
hak asasi manusia.Oleh
karena itu dalam
pembangunan pertanian tujuan utama ini dicoba akan diwujudkan
sesuai dengan potensi dan peluangnya. Berdasarkan identifikasi masalah dan isu pembangunan pertanian sesuai dengan
tuntutan demokratisasi dan globalisasi
tersebut, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa datang.. Arah pembangunan pertanian tersebut dirumuskan dalam
bentuk visi, misi,
tujuan dan strategii
pembangunan pertanian.
D.1. Visi
Visi
pembangunan pertanian adalah membangun petani melalui bisnis pertanian yang
modern, efisien, dan lestari yang
terpadu dengan pembanguna wilayah.
Ciri-ciri dari visi ini adalah :
(a)
Membangun petani mengandung
pengertian prioritas pembangunan pertanian harus
mendahulukan kesejahteraan petani
dalam arti luas sehingga mampu
menumbuh kembangkan partisipasi
petani dan mampu
meningkatkan keadaan sosial-ekonomi petani melalui peningkatan akses
terhadap teknologi, modal, dan pasar.
(b)
Bisnis pertanian mengandung
pengertian pertanian harus
dikembangkan dalam suatu sistem
agribisnis pertanian mulai dari bisnis
input produksi, hasil produksi
pertanian, deversifikasi usaha
pertanian, serta bisnis hasil olahannya yang mampu
akses ke pasar
internasional. Melalui aktifitas
agribisnis pertanian yang
lebih luas ini diharapkan mampu lebih
meningkatkan peran pertanian
terhadap pembangunan nasional
baik terhadap penyerapan
tenaga kerja, pendapatan
nasional, perolehan devisa, maupun
peningkatan gizi masyarakat
(c)
Modern mengandung pengertian menggunakan
teknologi yang dinamis dan spesifik
lokasi pengembangan sesuai dengan tutuntan
zaman.
(d)
Efisien mengandung pengertian
mampu berdaya saing
di pasar internasional yang
dicirikan pada pengembangan yang
didasarkan sumberdaya yang
mempunyai keunggulan komparatif dan
berkualitas tinggi
(e)
Lestari mengandung pengertian menggunakan
sumberdaya yang optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian
sumberdaya pertanian.
(f) Terpadu dengan pembangunan wilayah mengandung
pengertian pembangunan pertanian harus
didukung oleh pembangunan
wilayah baik pembangunan infrastruktur
maupun pembangunan sosial
ekonomi kemasyarakatan.
D.2. Misi
Berdasarkan visi
pembangunan tersebut, maka
misi pembangunan pertanian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Memfasilitasi dan mengembangkan pusat-pusat petumbuhan komoditas
unggulan yang berdaya saing yang terorganisasi oleh organisasi ekonomi petani dalam system
agribisnis
2. Memodernisasi
sektor pertanian sebagai aktifitas
bisnis berspektrum luas mulai
dari bisnis input
produksi, deversifikasi usaha
pertanian, penangan pasca panen, serta
bisnis hasil olahannya yang mampu akses ke pasar internasional melalui
inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan
3. Memfasilitasi dan mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik aparat
pemerintah, maupun pelaku
agribisnis khususnya petani melalui pengetahuan
dan ketrampilan petani
pada setiap pusat pertumbuhan agribisnis
melalui sekolah pertanian
lapang dengan melibatkan
perguruan tinggi dan libang-litbang pertanian
4. Memfasilitasi
dan mendorong berkembangnya usaha-usaha
agroindustri hulu maupun pengolahan
hasil dengan prioritas
skala kecil di
setiap wilayah
5. Memfasilitasi
dan mendorong keterpaduan
pembangunan agribisnis
dengan pembangunan wilayah
baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial
ekonomi kemasyarakatan.
6. Memfasilitasi
dan mendorong citra
produk-produk pertanian Indonesia melalui promosi di pasar internasional
D.3. Tujuan
1. Meningkatkan kesejahteraan petani terutama
kelompok masyarakat yang mata pencahariannya
berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian.
2. Meningkatkan keunggulan
komparatif dan kompetitif
produk agribisnis baik produk
primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya
saing di pasar internasional
3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani dan
meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petani sehingga mampu meningkatkan berpartisipasi dan
aksesibilitas terhadap inovasi
teknologi, perkreditan, informasi
pasar, kelestarian sumberdaya
dalam pengelolaan sumberdaya
pertanian.
4. Meningkatkan
kesempatan kerja di
wilayah melalui pengembangan agroindustri skala kecil
5. Mewujudkan
sistem ketahanan pangan
yang berbasis pada
keragaman sumberdaya lokal
6. Menjadikan
sektor pertanian sebagai
pusat pertumbuhan khususnya pada wilayah-wilayah berbasiskan
sumberdaya pertanian
7. Meningkatkan
layanan informasi teknologi, perkreditan, sarana produksi dan prasarana pertanian kepada petani
8. Menjaga dan meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian
D.4. Strategi Dasar
1. Pembangunan
pertanian perlu diarahkan
pada pengembangan komoditas unggulan
berdasarkan keunggulan komparatif
melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi dengan pembangunan pedesaan.
2. Pembangunan
pertanian harus mendahulukan
kesejahteraan petani dalam arti
luas dengan menumbuh
kembangkan partisipasi petani melalui system
kelembagaan yang mandiri
sehingga petani dapat
akses terhadap teknologi, modal, dan pasar
3. Peningkatan
dan pengembangan inovasi
teknologi untuk menghasilkan
produktivitas dan kualitas produk usatani dan agroindustri spesifik
lokasi perlu dikembangkan untuk
meningkatkan keunggulan komparatif
dan kompetitif komoditas
peratanian Indonesia.
4. Peningkatan nilai tambah pertanian melalui pengembangan agroindustri
skala kecil di
pedesaan dengan mengembangkan
usaha-usaha agroindustri rumah tangga
dengan menitik beratkan peran wanita.
5. Peningkatan
peran fasilitasi pemerintah
dalam mempromosikan produk-produk
pertanian di pasar internasional.
6. Mengembangkan system
transfer pengetahuan dan
ketrampilan petani pada setiap
pusat pertumbuhan agribisnis
melalui sekolah pertanian lapang dengan system klinik agribisnis
7. Perlu adanya pola kemitraan
(contract farming) yang
saling menguntungkan antara
kelembagaan petani dengan agribisnis skala besar dengan system pengawasan yang ketat dari pemerintah
8. Perlu
adanya perlindungan petani kecil melalui
peraturan pemerintah khususnya
yang berkaitan dengan perdagangan internasional komoditas pertanian.
9. Peningkatan
dukungan kebijakan makro
ekonomi baik fiskal
maupun moneter seperti kemudahan
kredit bagi petani,
pembangunan irigasi maupun pasar, dll
10. Peningkatan peran serta perguruan tinggi dalam pembangunan agribisnis
11. Peningkatan koordinasi pembangunan agribisnis antar wilayah dan antar
sektor pendukungnya.
D.5. Indikator Keberhasilan
Ukuran
Keberhasilan pembangunan agribisnis
yang mengacu pada tujuan
diukur dengan indikator sebabagi berikut :
- Tujuan Indikator keberhasilan
- Meningkatkan kesejahteraan
petani
1. Meningkatnya nilai tukar petani
2. Menurunnya
jumlah petani miskin
-Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif
1. Meningkanya produktifitas usahatani
maupun usaha pengolahan hasil pertanian
2. Meningkatnya mutu
produk usahatani maupun usaha pengolahan hasil pertanian
3. Meningkatnya
nilai ekspor komoditas pertanian
4. Menurunnya
nilai impor komoditas pertanian
- Meningkatkan posisi tawar
petani
1. Adanya kelembagan petani yang mandiri
2. Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan
petani
baik dalam usahatani maupun agroindustri
3. Meningkatnya aksesibilitas petani terhadap
inovasi teknologi, perkreditan,
sarana prodduksi, maupun
informasi pasar
4. Adanya jalinan kerjasama kelompok tani dengan
pengusaha yang saling menguntungkan
5. Meningkatnya
partisipasi kelembagaan petani
dalam pengambilan keputusan
kebijakan pemerintah
- Meningkatkan kesempatan
kerja
1. Meningkatnya
jumlah usaha-usaha agribisnis
di pedesaan
2. Berkembangnya usaha industri
hulu dan industri pengolahan hasil hasil tanian
3. Berkurangnya pengangguran di pedesaan
- Meningkatnya Ketahanan pangan
1. Meningkatnya
ketersediaan sumber pangan
2. Menurunnya
impor pangan
3. Menurunnya jumlah masyarakat
yang rawan pangan
4. Meningkatnya
diversifikasi konsumsi
pangan non beras
- Menjadikan sektor
pertanian sebagai pusat pertumbuhan
1. Terwujudnya
kawasan-kawasan komoditas
unggulan di setiap wilayah
2. Adanya
koordinasi pembangunan agribisnis dengan pembangunan wilayah(
pedesaan)
3. Adanya
dukungan infrastruktur pendukung
dari sektor non pertanian (pasar,
irigasi, jalan, listrik, dll)
4. Meningkatnya
investasi agribisnis pada
setiap wilayah
- Peningkatan layanan kepada
petani
1. Berkembangnya teknologi agribisnis spesifik
lokasi
2. Adanya
pusat-pusat layanan teknologi
agribisnis
3. Adanya
pusat-pusat layanan perkreditan
dan sarana produksi pertanian
4. Terbentuknya
pusat-pusat pasar agribisnis
di setiap wilayah
- Kelestarian sumberdaya
1. Berkurangnya
laju konversi lahan produktif
2. Adanya rehabilitasi,
pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan infrastruktur produksi pertanian
3. Berkembangnya
agribisnis dengan pola organic farming
- Program
1. Pengembangan
kawasan agribisnis komoditas
unggulan berdasarkan keunggulan
komparatif yang terintegrasi
dengan pembangunan
pedesaan.
2. Pengembangan
kelembagaan petani komoditas
yang Mandiri sehingga mampu meningkatkan posisi
tawar petani, petani
dapat akses terhadap
teknologi, modal, dan pasar
3. Pengembangan inovasi teknologi
agribisnis spesifik lokasi untuk meningkatkan keunggulan komparatif
dan kompetitif komoditas
peratanian Indonesia.
4. Peningkatan
nilai tambah pertanian
melalui pengembangan agroindustri
skala kecil maupun
agrowisata
5. Pengembangan dan penataan pasar agribisnis
baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional.
6. Peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan
petani melalui sekolah pertanian lapang.
7. Peningkatan layanan informasi teknologi,
perkreditan, sarana produksi kepada petani seperti permodalan, sarana dan prasarana pertanian
8. Perlindungan
petani melalui peraturan
pemerintah khususnya yang berkaitan harga
output, harga input,
maupun perdagangan
internasional komoditas pertanian.
9. Pengembangan
ketahanan pangan yang
berbasis pada keragaman sumberdaya lokal
10. Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
- Kesimpulan
- Indonesia
mempunyai potensi yang
sangat besar dalam
pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan akan menjadi leading
sector dalam pembangunan
nasional.
- Dalam sejarah
perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya
pembangunan pertanian seringkali didengung
dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang
diperhatikan.
- Sejalan dengan
perubahan tatanan politik di
Indonesia yang
mengarah pada era
domokratisasi serta
perubahan tatanan dunia
yang mengarah pada globalisasi,
maka pembangunan sektor pertanian dimasa datang dihadapkan pada dua tantangan pokok sekaligus. Tantangan pertama adalah tantangan internal yang berasal dari domestik, dimana pembangunan pertanian tidak saja
dituntut untuk mengatasi masalah-masalah yang sudah ada, namun dihadapkan
pula pada tuntutan
demokratisasi yang terjadi
di Indonesia. Sedangkan tantangan kedua adalah tantangan eksternal, dimana
pembangunan sektor
pertanian diharapkan mampu untuk mengatasi era
globalisasi dunia. Kedua tantangan internal dan
eksternal tersebut sulit
dihindari dikarenakan merupakan kesepakatan nasional yang
telah dirumuskan sebagai arah kebijakan pembangunan nasional
di Indonesia.
- SARAN
Saran dari penulis semoga
pemerintah lebih banyak lagi memperhatikan dan memberikan bantuan modal kepada
petani tanpa harus merepotkan para petani demi terciptanya petani yang mandiri
modern.
DAFTAR
PUSTAKA
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu
Ekonomi Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta.
Hernanto. 1994. Ilmu Usaha Tani.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nuraini, Ida dan Hidayat, Herman.
2001. Manajemen Usaha Tani.
Universitas Terbuka. Dep. Pendidikan
Nasional Jakarta.
Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ekonomi
Produksi Pertanian. PT. Bina Aksara.Jakarta.
Syofia, Khamri. 2005. Analisis Curahan
Jam Kerja Keluarga Pada Usahatani Padi Sawah (Skripsi). Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi
Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mosher, AT. 1987. Menggerak dan
Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis, Teori
dan Aplikasinya. Penerbit Rajawali Pres. Jakarta.
Tohir, Ak. 1993. Seuntai Pengetahuan
Tentang Usahatani Indonesia Bagian I dan II. Penerbit Aksara. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar